FLP PROBOLINGGO GOES TO OPO OPO


Dalam rangka Milad FLP ke-23, FLP Probolinggo menyelenggarakan Bakti Literasi di Desa Opo opo pada 23 Februari 2020. Desa Opo opo adalah sebuah desa terpencil di wilayah kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Desa Opo opo yang dikunjungi oleh FLP Probolinggo adalah Desa Opo opo Gunung Wurung, sebuah desa yang dipisahkan dari pusat desa oleh Sungai Gunung Wurung.

Sampai dengan tahun 2018, anak-anak Desa Opo opo Gunung Wurung harus bertaruh nyawa  untuk berangkat sekolah. Mereka harus menyeberangi sungai dengan digendong oleh bapak masing-masing, menyeberangi Sungai Gunung Wurung dengan ketinggian air normal sepinggang. Apabila hujan turun dan air sungai naik, maka mereka tidak bisa berangkat sekolah, karena tentu saja menyeberang sungai menjadi sangat membahayakan.

Hal inilah yang kemudian menginspirasi Mbak Qonita dan Mbak Silvi beserta teman-temannya untuk mendirikan Rumah Baca Harapan Negeri. Rumah baca yang berada di Rumah Pak Samsul ini menjadi pengganti sekolah apabila anak-anak desa tidak bisa menyeberang sungai untuk sekolah. Mereka menghabiskan jam sekolah dengan membaca di rumah baca. Dan para mahasiswa inilah yang kemudian ikut mengusahakan dibangunnya jembatan Sungai Gunung Wurung. 

Perjalanan dari Kota Probolinggo menuju Desa Opo-opo, memakan waktu 1,5 jam dengan melewati jalan desa yang berkelok-kelok dan banyak tikungan. Alhamdulillah kami—10 orang anggota FLP Probolinggo—dipandu  oleh Mbak Qonita dan Mbak Silvi yang sudah terbiasa ‘blusukan’ ke Desa Opo-opo, sehingga tidak tersesat.  Untuk menuju lokasi Rumah Baca, kami harus transit dulu di sebuah rumah penduduk di tepi jembatan. Karena jembatan Sungai Gunung Wurung yang sudah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo, tidak bisa dilalui oleh mobil. Jadi kami harus berjalan kaki menuju Rumah Baca. Beberapa kardus buku hasil donasi dari teman-teman di Kota Probolinggo, diangkut dengan sepeda motor.

Di Rumah baca Harapan Negeri, 30 anak berusisa 5 – 12 tahun, sudah menunggu kami. Wajah-wajah polos dan mata berbinar mereka membuat kami terharu. Mereka sudah mendapat kabar dari Pak Samsul—selaku  Ketua RT bahwa hari itu, mereka akan mendapatkan sumbangan buku-buku bacaaan baru. Yang membuat hati ini teriris adalah, ternyata buku bacaan mereka hanya 1 rak mungil saja. Sejak 2018 sampai 2020, buku bacaan yang itu-itu saja dibaca oleh 30 anak, dalam 3x musim hujan, dan mereka sudah bosan membaca yang itu-itu saja.  Ya Allah, ke mana saja kami selama ini ya?

Setelah perkenalan, kami pun menggelar lomba membaca puisi. Subhanallah, semua anak mengikuti lomba membaca puisi dengan antusias, bahkan yang baru bisa membaca dengan terbata-bata begitu percaya diri membaca puisi. Semuanya bersemangat dan berani untuk tampil di depan teman-temannya.  Subhanallah, keterbatasan tidak membuat mereka rendah diri. Terlihat dari mata mereka yang berbinar-binar, dan tepuk tangan heboh setiap temannya akan tampil membaca puisi.


Kegembiraan menerima buku terpancar dari wajah anak-anak.


Dan ….inilah para pemenang lomba membaca puisi. Ketiganya mendapat hadiah dari LMI (Lembaga Manajemen Infak) selaku donator acara ini.


Anak-anak juga mengucapkan selamat Milad FLP ke-23. Perlu beberapa kali shoot yang membuat kami tersenyum-senyum melihat kepolosan mereka.



Eh, yang jalan-jalan di depan anak-anak itu termasuk sponsor juga lho… hihi.
Setelah anak-anak pulang, Ketua FLP Probolinggo—mbak Rully Febrianti menyerahkan sumbangan buku-buku dan majalah anak ke Bu Samsul selaku pemilik Rumah Baca Harapan Negeri.



Alhamdulillah, sekitar pukul 14.00 WIB, agenda Bakti Literasi sudah usai. Senang dan lega sekali rasanya bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak Desa Opo-opo. Semoga sumbangan buku dan majalah dari semua donatur bermanfaat bagi semua anak-anak Desa Opo-opo, menjadikan mereka semua Harapan Negeri, seperti halnya nama Rumah Baca mereka. Aamiin.
#FLPProbolinggo
#Milad23FLP
0 Comments