Opera Kehidupan: Dipukul Paha Kanan, Paha Kiri Pun Terasa Sakit

Opera kehidupan
Opera kehidupan - ilustrasi: Google
Mengawali malam dengan berbagi kisah ‘Opera Kehidupan’ adalah hal yang mengusik.. Berbagi kisah tentang sebuah perjuangan dalam perjalanan yang panjang tak bertepi.. Dermaganya adalah Ridho Allah.. Namun saat terombang-ambing dalam ombak Samudera yang Luas, dermaga itu sangat jauh tak terlihat.. Seakan-akan kehilangan arah..
Dan yang diharapkan adalah hati yang lapang sesuai dengan QS. Al-Inshiroh..
..
Ini kisah fiktif, kalo ada kesamaan pelaku maka itu hanyalah unsur yang tidak disengaja..he he he B) Dalam diam ku mulai menulis kisah ini. Aku menulis dengan penuh tanda tanya, kenapa ada bola yang kian membesar seakan mendatangi keluarga kecil kami… Sejatinya keluarga adalah sebuah tempat hangat yang kita nantikan untuk menghabiskan hari.. Dan akhirnya aku mulai melangkah, memberanikan diri membentuk sebuah keluarga dengan segala tanggung jawab didalamnya..

Membentuk keluarga, ahh.. tidaklah semudah saat aku menuliskan kata-kata itu.. Seharusnya banyak hal kupertimbangkan sebelum melangkah, tapi aku membuang segala pemikiran pertimbangan itu jauh-jauh untuk menuntaskan  tanggung jawab mama yaitu segera menikah..Dalam doa, upaya, dan ikhtiarku memohon kepada Allah supaya dipantaskan mendapat pendamping yang sholeh yang mampu memimpin dan mengayomiku.. Dan lagi-lagi ku mengucap syukur kepada-Nya karena atas izin darinya aku melangkah pasti untuk membentuk sebuah keluarga..

Sebenarnya yang terjadi bukanlah membentuk SEBUAH keluarga tetapi awal permulaan yang terjadi adalah melebur dua keluarga. Aku menerima keluarga suamiku sebagai keluargaku dan begitu pula sebaliknya.

Seorang istri berkewajiban patuh dan taat kepada suami, kemanapun suami berada disitulah istri berada..Ibarat kata Dimanapun bumi dipijak disitulah langit dijunjung.. Perumpamaan antara suami dan istri ibarat Langit-Bumi –> Saling melengkapi..  Mengawali kewajiban yang pertama, aku mengikuti keberadaan suamiku dan akhirnya pindah keluar kota mengikuti langkahnya. Dengan senang hati aku melangkah, senyum yang lebar sebagai pengantin baru. Tapi saat aku tiba di tempat yang asing itu, tiba-tiba aku tersadar aku melepas semua hidupku, karirku hanya untuknya, aku meninggalkan keluargaku, kakak & adik, kawan serta sahabat hanya untuknya. Apakah pengorbanan ini dapat menjaminku untuk bahagia? Pertanyaan itu selalu hinggap dikepalaku bahkan ada  lagi pertanyaan liar, Apakah ini layak untukku? Apakah sesuai dan pantas dengan harga yang kubayar, yaitu seumur hidupku?

Memasuki keluarga baru, aku dengan style yang ceria dan humoris dengan gampang mampu melebur dengan keluarga ini. Disini kami tinggal dengan keluarga besar. Semua urusan rumah tangga kakak sulung yang mengatur, perkenalkan namanya Kasyika.. Suamiku memiliki dua adik laki-laki yang kesemuanya sudah bekerja..

Tentunya kalian semua sudah mendapatkan gambaran dari kehidupanku, semua para lelaki setiap pagi berangkat kerja dan menjelang petang tiba di rumah. Maka tentu saja aku tinggal berdua dengan kak Sikha, begitu aku memanggilnya.. Kak Sikha memiliki dua anak, satu putra dan satu putri. Keduanya sekolah boarding skul nama lain pesantren B) mengingat pergaulan di kota Metropolitan ini sangat rawan, jadi dia lebih percaya dengan metode pendidikan ini. Buatku ga ada masalah, its great..

Kak sikha orangnya sangat disiplin, hebatnya semua dia kerjakan sendiri, dan manajemen waktunya sangat efisien. Aku salut padanya, aku sangat mengagumi semangatnya.. Sebagai pendatang baru aku beradaptasi dengannya, aku juga bersemangat menjalani hari. Aku yang tidak memiliki ilmu apapun tentang rumah tangga ini mengawali niat dengan semangat belajar dan bisa.. Maka aku bertekad untuk membantunya.. Kak sikha, dia adalah kakak sulung yang sudah dianggap orang tua oleh adik-adiknya, karena orang tua kami sudah tidak tinggal disini lagi. Mereka bertekad menghabiskan masa tua di tanah kelahiran, pulau di seberang, Borneo..

Dan kumulai Opera kehidupan ini dengan terjun dan terlibat didalam kesibukan rumah tangga. Aku sangat bersemangat sekali memperhatikan kak sikha di dapur, membantu hal kecil untuk membuatnya nyaman dengan kehadiranku. Mengupas sayur, menggoreng.. yah lumayanlah.. Hari pertama sukses, hari kedua kami bersahabat, hari ketiga dan seterusnya terlewati dengan sempurna..  Kak Sikha orangnya banyak bertanya, tentangku, tentang perkenalanku dengan suami, hidupku..Tapi selang beberapa pekan semua berubah. Entah aku tidak tahu kapan ini bermula, tapi aku melihat sesuatu yang aneh dari gelagatnya, hanya saja sebaiknya kusimpan ini didalam hati.. Lebih baik hanya aku yang tahu dan merasakan serta tidak menyulutnya hingga menjadi besar.

Ada yang berubah dengan Kak Sikha, aku sedih.. Aku tidak lagi mengenalnya, suatu waktu saat seperti biasa aku membantunya di dapur, tiba-tiba kak Sikha berkata, “ tak terasa dapur ini kecil yah? Aku semakin cepat berkeringat dengan diisi dua orang” Aku yang tidak tahu-menahu dengan perkataannya spontan menjawab dengan lugu,” iya dapurnya emang kecil, ga ada ventilasi udara lagi, ga salah kalu kakak cepet keringetan, he he he..” (pake cengengesan pula’).

Awalnya aku tidak menganggap ada yang aneh dari perkataan itu, tapi herannya dari hari ke hari perkataan itu semakin sering diucapkan. Aku tetep ga 100% sadar.. Suatu hari saat aku hendak membantunya di dapur, ehh… kak sikha malah mengerjakan kerjaan rumah yang lain, Ex: mencuci baju suami dan kedua adiknya.. Aku masih tidak sadar.. Semakin sering perkataan itu diulang-ulang dan polahnya yang aneh terus berulang aku manjadi sadar bahwa dia sudah mulai jengah dengan kehadiranku di dapur. Mungkin aku ini dianggapnya sebagai penghambat.. Maka akupun mulai mengurangi rutinitas di dapur sampai akhirnya sama sekali tidak membantunya.

Yasudahlah.. it’s doesn’t matter for me… ada banyak yang bisa kulakuin selain memasak.. Heyy.. aku bisa rutin membersihkan rumah, tohh dia jarang melakukannya so pastinya aku tidak merugikannya..

Saat aku memutuskan untuk mencari rutinitas yang lain dengan menyapu dan mengepel lantai rumah, ternyata itu dirasakan tidak cukup membantunya, malah kesibukan baruku ini mengganggunya.. Entah apa yang terjadi, selalu ada yang kurang.. Saat lantai menjadi harum dan segar dengan aroma pewangi, kak Sikha tidak menyukainya dengan mengatakan bau lantai hanya membuat pusing kepala.. Tak lama kemudian diapun mengambil alih tugas menyapu dan mengepel lantai. Yang terjadi adalah waktu yang dimilikinya semakin padat, mulai dari pagi hari setelah selesai sholat subuh dia  memakai waktu dengan suaminya dalam diam, mendengarkan ceramah di tv sambil meminum kopi yang kemudian suami kak Sikha melanjutkan tidurnya sedangkan sang istri mulai mengawali kerja dengan mencuci baju, dilanjutkan dengan membaca koran yang nantinya akan dibawa suami bekerja di kantor, bahkan seringkali sarapan untuk suamiku dia yang membuat dan menghidangkan.

What the…? Sebenarnya ada apa ini… seandainya aku bebas bertanya kepadanya tanpa menyinggung perasaannya.. Tidak mengatakan apapun dia sudah tersinggung, apalagi kalu sampai berkata-kata.. Aku melapangkan hati dengan mencoba bersabar.. Bendera pikiran postif mulai kukibarkan, kuambil hikmahnya saja, paling ga, aku ga perlu capek-capek bekerja.. Uhhh yeyyy…/

Aku tetap tersenyum ceria menyapa mereka semua dan waktu antara aku dan suamiku semakin banyak.. mulai dari ber-sms-an saat dia ngantor, main fb saat ga sengaja sama-sama ol, ditambah saat dia udah pulang kerja. Kami semakin akrab dan dekat, maklum kami menikah tanpa melalui proses pacaran..  Tapi semua tidak semulus itu. Selalu ada saja yang terjadi. Pikiranku mulai terkontaminasi…

Siapa bilang pacaran setelah menikah itu asyik? Aku mengalaminya dan ga asyik sama sekali.. Asyiknya hanya saat berjalan sambil berpegangan tangan ga dosa, nyabuk saat berkendara motor juga ga dosa.. Palingan itu doank ga asyiknya, yang lainnya mah sama ajah kayak pacaran biasa.. Palingan jalan-jalan yang endingnya makan diluar.. Seandainya boleh kubilang, lebih asyik saat aku hangout bareng ama temen-temen dulu sebelum menikah.. Tapi mau gimana lagi.. (nah lo.. gawat!! Bener-bener terkontaminasi kan )

Hampir setiap weekend suami selalu meluangkan waktu untuk kami ‘hangout’ berdua. Kita pengen sok gaul dan asyik nie.. Sebelum berangkat tak lupa kami berpamitan kepada kak Sikha (karena dialah sang penunggu), uhhhhmmm ampun.. kak Sikha ga asyik banget.. Pertanyaannya mendetail banget.. Mau kemana? Ada perlu apa? Berapa lama? Ngapain sih.. yang terakhir Ga usah ngabisin duit..

What????? ngabisin duit!!! Makjleb banget kalimat yang terakhir.. Sudah cukup bersabar diri ini dengan hujaman pertanyaannya ternyata closingnya jauh lebih menyayat hati B) huwwwwaaaa… mama aku pengen pulang… Kak Sikha selalu pandai membuat mood ku berubah drastis.. dan yang terjadi, keceriaanku perlahan tapi pasti mulai berkurang.. berkurang.. dan berkurang.. tapi aku harus tetap bertahan dan aku harus bisaaaa…

One day.. Berita bahagia itu datang pada keluarga kami… Adik dari Fikar, suamiku mengenalkan pacar yang hendak dipersuntingnya ke rumah.. Betapa hebohnya kak Sikha menyambut kedatangan Zifa, pacar baru Boy.. Boy nama panggilan dari adik Fikar  sekaligus julukan untuknya sebagai play boy dan bad boy B) ha ha ha.. Boy baru sebulan berpacaran dengan Zifa tapi sudah serius ingin menikahinya, mungkin langkah ini diambil boy sejak dia diputusin oleh pacarnya setelah 7 tahun pacaran dengan status yang ga jelas alias Putus Nyambung yang endingnya mantan si boy mampu nemuin pengganti yang lebih mapan darinya bahkan mereka sudah tunangan, maka putuslah harapan si boy untuk kembali lagi pada sang mantan.. Dan Zifa adalah pelarian yang termanis untuk si Boy…

Kak Sikha sangat gembira mendengar rencana pernikahan si Boy, adik kesayangannya itu. Dia mulai sibuk menyiapkan segala pernak-pernik yang dibutuhkan untuk acara seserahan lamaran, yang lebih keren lagi kak Sikha mulai menyapaku, dia menyertakanku dalam hal besar ini. Aku sangat senang karena kak Sikha telah kembali dan menganggap kehadiranku dengan menyertakanku..

Dia mulai mengajakku berdiskusi tentang Boy, apa yang dia senangi, apa yang akan dia lakukan untuknya, kalau boy membutuhkan bantuan dana maka dia siap membantu dengan mencairkan simpanan yang dia miliki,  Boy kudu rajin menabung, kasian boy, bahkan kak Sikha menyatakan bahwa tanggung jawab boy untuk di rumah dikurangi saja karena saat ini boy harus punya duit untuk pacaran setiap weekend.. Supaya dia bisa menikmati waktu dengan pacarnya.. Apaaaaaa…. Apa-apaan ini!!! 

Ternyata aku memang tak berarti dimatamu.. pupus sudah harapanku pada kak Sikha.. hanya sebagai pelengkap penderitaan.. Tertusuk raga ini oleh ucapmu..

perih luka ini akan sakit akibatmu.. Rapuh jiwa ini..

Tidak bisakah aku melawan.. Memberontak..

Haruskah aku mengalah..

Haruskah aku berdiam dalam selimut sabar..

Kapan semua ini akan berlalu..

Dan harapku..

Angin segera menghembuskan debu-debu di hati ini..

Dan akupun lebih banyak terdiam dalam sepi…
Aku yang halal, engkau persulit untuk melangkah..
Aku yang halal, engkau racuni namun tak segera menjadi pahit..
Aku yang halal, engkau atur hingga tak beraturan..
Aku yang halal, engkau penuhi dengan sampah hingga penuh sesak..
Aku yang halal, engkau putus sayapku untuk terbang..
Dan Bendera Pikiran Positif yang kukibarkan sedang berduka.. Dia berkibar hanya setengah tiang tak mampu lagi mencapai puncak seakan kehilangan segala daya dan upaya untuk melangkah.. Kepada siapa aku harus berbagi dan berkelu kesah, sedangkan padanya, yang memimpinku,  hanya panji-panji sabar yang diagung-agungkan padahal aku sudah tidak berdaya dan hanya mampu untuk bertahan yang entah sampai kapan..
Tidak mungkin aku untuk melawan kepadanya yang dijadikan orang tua dalam keluarga ini, yang dihormati dan dipatuhi. Sedangkan dengan diam pun tidak membuatku lebih baik..
Bukan berarti aku tidak pernah memberikan sanggahan saat disudutkan sampai terpojok dengan menunjukkan, meluruskan dan memberitahu bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah sebagai bentuk kepedulianku padanya. Tapi itu juga tidak membuat situasi menjadi lebih baik malah menjadikannya semakin panas dan berkobar hingga mungkin mampu menelanku hidup-hidup..

Diskusi yang dilontarkan pun bagiku hanya seperti jebakan saja, penuh dengan ranjau pertanyaan yang apabila aku menjawab segala pertanyaan yang dia lontarkan aku menjadi salah tetapi jika aku tidak menjawabpun aku jauh lebih salah.. maka tak ayal lagi inilah yang kurasakan Dipukul Paha Kanan, Paha Kiri Pun Terasa Sakit.. 

Dan pada akhirnya pada keheningan malam ini, pengembaraanku dalam dunia maya berhenti pada status yang ditulis oleh Henin dalam akun sosial media yang dimilikinya. Perkataannya membuatku terdiam, berpikir untuk segera merenung dan introspeksi.. Hal yang paling sulit di dunia adalah menjadi orang yang selalu sabar…

Hal yang paling gampang di dunia adalah menjadi orang yang selalu meluapkan emosinya bahkan disertai kata-kata yang menyakitkan… Tapi tidak sedikit yang selalu bangga menjadi Pribadi yang bisa meluapkan emosinya,mengumpat,merendahkan orang lain,dan menakut-nakuti (mengancam). Padahal mereka melakukan “hal yg paling gampang (sepele)”

Yuk mari sbgai manusia yg diberkahi akal n pikiran, lakukanlah “hal yg paling sulit” yaitu jd “Orang-orang yang Sabar”  Semoga hidup qt selalu diberkahi,,aamiin

By : AzZahra_Nisa
0 Comments